KKP Gelontorkan Paket Bioflok

JAKARTA, NMN – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi Karamba Jaring Apung (KJA). KKP pun memberikan stimulus kegiatan perikanan budidaya berbasis daratan bagi pembudidaya terdampak pengurangan KJA, untuk beralih profesi menjadi pembudidaya bioflok.

Melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB), KKP menggelontorkan stimulus paket bioflok bagi pembudidaya di tiga waduk yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum yaitu Waduk Jatiluhur, Cirata, dan Saguling.

Guna menjalankan sistem bioflok di DAS Citarum, KKP melalui DJPB memberikan bantuan sebanyak 2 paket untuk 2 kelompok pembudidaya ikan yang sebelumnya mengelola KJA di Waduk Jatiluhur untuk beralih profesi sebagai pembudidaya menggunakan bioflok.

Selain di Jatiluhur, pihaknya juga memberikan bantuan kepada Pokdakan di Kabupaten Cianjur sebanyak 2 paket untuk 2 kelompok sebagai upaya alih profesi KJA Waduk Cirata Kabupaten Cianjur.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tubagus Haeru Rahayu menjelaskan bahwa keunggulan teknologi bioflok sangat baik dan tidak kalah produktif jika dibandingkan dengan sistem KJA.

Dia menjelaskan jika menggunakan sistem bioflok, produktivitas budidaya bisa lebih tinggi, yaitu lima hingga sepuluh kali lipat dibandingkan dengan budidaya sistem konvensional, karena padat tebar bisa lebih tinggi.

“Misalnya, padat tebar ikan nila di kolam adalah 10 ekor/m2, dengan menggunakan budidaya sistem bioflok bisa padat tebar 100 ekor/m2. Sedangkan untuk padat tebar lele di kolam sebanyak 100-200 ekor/m2, sementara dengan menggunakan budidaya sistem bioflok bisa padat tebar 500-1.000 ekor/m2,” kata Tubagus.

Selain itu, lahan yang dibutuhkan untuk budidaya sistem bioflok tidak terlalu luas, sehingga dapat dikembangkan juga di perkotaan. Penggunaan pakan lebih efisien.

“Jika pada teknologi konvensional nilai Feed Conversion Ratio (FCR) rata-rata 1,2 – 1,5, dengan teknologi budidaya sistem bioflok diperoleh FCR dapat mencapai 0,8 – 1,0, karena kualitas air yang lebih baik, sehingga energi untuk pertumbuhan lebih banyak,” ujarnya.

Keunggulan lainnya, lanjut Tubagus, lama pemeliharaan relatif lebih singkat karena pertumbuhan ikan lebih cepat. Selain itu budidaya sistem bioflok ramah lingkungan, penggantian air yang minim hanya untuk mengganti air karena evaporasi/penguapan.

Latest Article

Gagalnya Jokowi Menjadikan Laut sebagai Masa Depan Bangsa

0
Presiden Jokowi bolehlah sedikit berbangga dengan pencapaian pembangunan infrastrukturnya yang lumayan mentereng. Selama hampir 10 tahun kepemimpinannya, telah terbangun 1.885 km jalan tol, 32.000...

Sektor Perikanan Tangkap Perlu Dikelola Secara Multifungsi dan Berkelanjutan

0
YOGYAKARTA – Dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Kamis (28/12/2023), Profesor Suadi menyampaikan urgensi pengelolaan multifungsional sektor perikanan tangkap...

Kolaborasi DP World – Maspion Group Membangun Terminal Petikemas di Jatim

0
JAKARTA, NMN- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memberikan dukungan terhadap kolaborasi yang akan terjadi antara perusahaan global swasta DP World Dubai dengan perusahaan swasta...

Kemenhub Mulai Lakukan Persiapan Uji Petik Kelaiklautan Kapal Penumpang Jelang Nataru

0
MAKASSAR, NMN - Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, menekankan pentingnya transportasi laut sebagai pilihan utama masyarakat dalam perjalanan antar pulau selama periode Natal 2023 dan...

Pemerintah Indonesia Hadiri Sidang Sub-Committee on Carriage of Cargoes and Container ke-9 di London

0
LONDON, NMN - Pemerintah Indonesia telah menghadiri Sidang Sub-Committee on Carriage of Cargoes and Container (CCC) ke-9 yang berlangsung dari Rabu (20/9) hingga Kamis...

Related Articles