Asa dari Pelabuhan Patimban

672

JAKARTA, NMN – Pelabuhan memegang peran sangat penting dalam perdagangan internasional, karena pintu utama untuk bongkar muat ekspor impor. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah berupaya untuk menyiapkan Pelabuhan Patimban yang berlokasi di Kabupaten Subang, Jawa Barat menjadi salah satu Pelabuhan terbesar di Indonesia  untuk mendukung kegiatan ekspor dan impor.

Ke depannya, Pelabuhan Patimban akan disinergikan dengan Pelabuhan Tanjung Priok yang berlokasi di Jakarta, sehingga dapat meningkatkan efisiensi biaya dan waktu, serta memangkas biaya logistik nasional.

Dengan lokasi yang strategis, Pelabuhan Patimban akan terkoneksi dengan Jalan Tol dan Jalan Kereta Api serta akan meningkatkan potensi pembangunan 10 (sepuluh) kawasan industri di sepanjang koridor utara Pulau Jawa.

Pelabuhan Patimban memiliki nilai yang sangat penting bagi perekonomian nasional karena pelabuhan patimban di dedikasikan untuk menjadi HUB besar dalam produksi kendaraan bermotor di Indonesia maupun ekspor otomotif di pasar global.

Dengan beroperasinya Pelabuhan Patimban, pelaku industri otomotif dapat menjadikan Pelabuhan Patimban sebagai mitra strategis dalam aktivitas bongkar muat barang untuk ekspor impor, sehingga pelabuhan ini bisa menjadi pusat perdagangan internasional.

Pelabuhan Patimban merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertuang pada Peraturan Presiden (Perpres) No. 47 Tahun 2016 tentang Penetapan Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat dan Perpres No. 58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN.

Pemilihan dan penetapan lokasi pelabuhan didasarkan pada hasil studi pra-FS (Feasibility Study) dan FS pada 2015 lalu. Kelayakan Desa Patimban sebagai lokasi pembangunan pelabuhan ditinjau dari berbagai aspek, yaitu aspek transportasi, hukum dan kelembagaan, teknis, lingkungan, keselamatan pelayaran, serta migas.

Pelabuhan ini akan menjadi cikal bakal kawasan industri dan perkotaan baru di Jabar bernama Rebana (Cirebon, Subang, Patimban dan Kertajati) Metropolitan, yang meliputi enam kabupaten dan satu Kota Cirebon, dengan jantung pertumbuhan kawasan Pelabuhan Patimban dan Bandara Kertajati.

Dibangun sejak tahun 2018, saat ini pembangunannya telah memasuki Tahap 1-2 (2021-2023) yang meliputi pembangunan terminal peti kemas dengan kapasitas sampai 3,75 juta TEUs dan terminal kendaraan dengan kapasitas total sampai dengan 600.000 CBU serta Terminal kapal roro.

Adapun di dalam area pelabuhan saat ini terdapat fasilitas pelabuhan, seperti dermaga peti kemas (420 m x 34 m), dermaga kendaraan (300 m x 33m), lapangan penyimpanan kendaraan (kapasitas 218.000 CBU), lapangan penumpukan peti kemas (kapasitas 250.000 TEUs), area reklamasi (60 Ha), pengerukan kolam (-10 m), jalan pelabuhan dan gedung administrasi.

Sejak diserahterimakan (handover) kepada PT Pelabuhan Patimban Internasional (PPI) pada Desember 2021 lalu, sudah dilakukan beberapa kali kegiatan ekspor dari Pelabuhan Patimban dengan tujuan ke Pelabuhan Brunei Darussalam, Filipina, Thailand, Singapura dan Jepang. Pelabuhan Patimban menargetkan dapat melayani sekitar 160.000 unit kendaraan pada tahun ini.

“Saat ini car terminal telah aktif berjalan selama 3 bulan dan ditargetkan pada tahun ini mencapai 160.000 unit kendaraan. Adapun total kapasitas terminal ini bisa mencapai 218.000 unit kendaraan pertahun baik internasional maupun domestik/antarpulau,” ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi baru-baru ini.

Pemerintah menginginkan Pelabuhan Patimban berkolaborasi dengan Pelabuhan Tanjung Priok untuk mendukung kegiatan logistik di Indonesia. elabuhan Tanjung Priok melayani wilayah barat ke Bekasi dan Pelabuhan Patimban melayani dari Bekasi hingga ke wilayah timur Jawa,” jelasnya.

Pelabuhan Patimban akan terus dikembangkan hingga mampu menampung sebanyak 7,5 juta Teus/tahun untuk petikemas dan 600.000 CBU untuk kendaraan. Pelabuhan Patimban bersama Bandara Kertajati, Kawasan Bekasi, Karawang, Purwakarta ikut mendukung segi tiga kawasan pertumbuhan ekonomi yang akan saling terkoneksi, saling mendukung satu dengan yang lain, sehingga memiliki daya saing terutama untuk produk-produk ekspor khususnya di bidang otomotif.

Keberadaan Pelabuhan Patimban akan turut mendorong perkembangan perekonomian rakyat seperti pertumbuhan zona industri dan pertanian di Subang dan sekitarnya.

Presiden Joko Widodo menyampaikan optimisme kegiatan ekspor kendaraan melalui Car Terminal Pelabuhan Patimban akan terus meningkat ke depannya. “Sebelumnya direncanakan tahun ini bisa ekspor kurang lebih 160 ribu kendaraan per tahun. Tetapi melihat progress 3 (tiga) bulan ini, bisa naik menjadi 180 ribu kendaraan per tahun,” kata Presiden.

Presiden mengungkapkan, akan terus menambah tujuan negara ekspor kendaraan dari Pelabuhan Patimban.

“Ekspor ke negara Filipina, Brunei Darrusalam, Jepang, dan Vietnam ini sebagai awal. Nanti akan dikembangkan ke negara-negara lain, sehingga satu bulan ditargetkan bisa 15 ribu kendaraan yang diekspor dari Pelabuhan Patimban. Ini artinya industri kita terus bergerak meskipun di tengah pandemi,” ujarnya.

Pelabuhan Patimban dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dan membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya. Pelabuhan ini menjadi titik baru kegiatan ekspor selain di Priok yang memiliki masalah kemacetan. Dengan makin banyaknya kegiatan ekspor, maka diharapkan terjadi pertumbuhan ekonomi,” ungkap Menhub.

Pada tahun 2027, Pelabuhan Patimban ditargetkan akan memiliki kapasitas yang sama dengan Priok yaitu kapasitas sekitar 7.5 Juta TEUs peti kemas atau kontainer dan 600 ribu kendaraan per tahun.

Menurut Menhub, Indonesia memiliki potensi kemampuan industri manufaktur dan pasar domestik yang kuat yang dapat menjadi daya tarik bagi para investor.

“Jadi pelabuhan kita siapkan, pendukung industri kendaraannya juga disiapkan. Insa Allah 2027 kita leading di Asia Tenggara,” jelas Menhub.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here