Biaya Logistik di Indonesia Turun Tajam dalam Lima Tahun Terakhir

1315
TPS Surabaya (sumber: Terminal Petikemas Surabaya)

JAKARTA, NMN – Menurut perhitungan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), biaya logistik di Indonesia mengalami penurunan signifikan sebesar 40 persen dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2023, biaya logistik di Indonesia tercatat sebesar 14,29 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), sementara biaya logistik untuk kegiatan ekspor turun lebih jauh menjadi 8,98 persen dari PDB. Pada tahun 2018, Bank Dunia mencatatkan biaya logistik di Indonesia sebesar 23,8 persen.

“Saat ini, biaya logistik dihitung berdasarkan realisasi perekonomian Indonesia hingga tahun 2022,” ujar Taufik Hanafi, Sekretaris Kementerian PPN/Sekretaris Utama Bappenas dalam acara “Era Baru Biaya Logistik untuk Indonesia Emas 2045” di Hotel Raffles Jakarta pada Kamis (14/9). Perhitungan ini merupakan hasil kolaborasi antara Bappenas, Kementerian Perekonomian, Badan Pusat Statistik (BPS), perguruan tinggi, dan pelaku usaha.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Suharso Monoarfa, menjelaskan bahwa investasi di Indonesia telah mengalami peningkatan dalam empat tahun terakhir dan selalu melampaui target yang ditetapkan. Pada tahun 2019, dengan target Rp792 triliun, investasi berhasil mencapai Rp809 triliun. Pada tahun 2022, realisasi investasi mencapai Rp1.207 triliun, melebihi target sebesar Rp1.200 triliun.

Meskipun demikian, investasi di Indonesia masih menghadapi kendala tingginya tingkat ICOR (Incremental Capital Output Ratio), yang mencapai sekitar angka 6. ICOR merujuk pada efisiensi dalam sektor investasi, dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan investasi yang kurang efisien. Angka ICOR ini juga merupakan yang tertinggi di antara negara-negara pesaing di ASEAN.

Salah satu faktor penyebab ICOR yang tinggi adalah masalah di sektor logistik, seperti yang diungkapkan oleh Suharso Monoarfa dalam acara yang sama.

PT Pelabuhan Indonesia (Persero), atau Pelindo, menyambut baik hasil perhitungan baru yang mengindikasikan penurunan drastis biaya logistik dibandingkan dengan posisi pada tahun 2018. Sebagai salah satu pemain utama di sektor logistik, Pelindo telah melakukan transformasi sejak Oktober 2021 dengan tujuan menurunkan biaya logistik. Pada tanggal 1 Oktober 2021, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggabungkan empat BUMN pelabuhan menjadi satu entitas, yaitu Pelindo.

Menteri BUMN, Erick, mengungkapkan bahwa penggabungan Pelindo tidak hanya meningkatkan kekuatan operasional, finansial, dan sumber daya manusia, tetapi juga meningkatkan sinergi antar pelabuhan, jaringan pelayaran yang terintegrasi, dan konektivitas hinterland. Ini membantu efisiensi rantai logistik dan mengurangi biaya logistik.

“Penggabungan pelabuhan dapat menekan ongkos logistik transportasi laut dan terus mengintegrasikan pelabuhan Pelindo dengan kawasan-kawasan industri di belakangnya,” tambah Erick.

Setelah merger, Pelindo membentuk empat subholding atau anak usaha yang fokus pada masing-masing bidang pelayanan, sehingga meningkatkan kinerja mereka. Transformasi ini dilaksanakan melalui standarisasi layanan untuk meningkatkan produktivitas, penyatuan sistem pelayanan dan pembayaran melalui aplikasi online dan digital, serta mengurangi waktu bongkar muat dan masa tinggal barang di pelabuhan.

Direktur Utama Pelindo, Arif Suhartono, menekankan bahwa peran pelabuhan dalam kelancaran arus barang terwujud dalam perpendekan waktu bongkar muat dan masa tinggal barang.

PT Tanto Intim Line, perusahaan pelayaran yang menggunakan layanan Pelindo, mencatat peningkatan signifikan dalam kinerja bongkar muat di Pelabuhan Belawan, dengan rata-rata mencapai 45 boks per kapal per jam (BSH) dari sebelumnya 20 BSH. Hal ini juga mempercepat waktu tempuh dalam pengiriman barang.

PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) juga merasakan perbaikan dalam pelayanan Pelindo, yang sekarang menjadi lebih cepat dan efisien. Meskipun tidak semua pelabuhan mendapat tambahan peralatan, kinerja hampir semua pelabuhan besar di Indonesia mengalami peningkatan.

Biaya operasional juga menjadi jauh lebih efisien, dengan peningkatan produktivitas bongkar muat dan pengurangan waktu tinggal di pelabuhan. Semua upaya ini bersama-sama berkontribusi pada penurunan biaya logistik yang signifikan dalam lima tahun terakhir di Indonesia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here