BMKG-BRIN Kembangkan Permodelan Tsunami

60

JAKARTA, NMN – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tengah mengembangkan pemodelan tsunami bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Pemodelan ini nantinya tidak hanya menyajikan prediksi estimasi waktu tiba gelombang, ketinggian, dan run up tsunami.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan potensi tsunami yang tinggi. Terkait hal tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika siap berkolaborasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam pengembangan riset tsunami.

“Kami ingin berkolaborasi untuk bersama-sama membangun satu sistem pemodelan tsunami guna mendukung program Indonesia Tsunami Early Warning System atau InaTEWS, sistem ini disebut sebagai model tsunami merah putih,” ujar Plt. Kepala Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, Widjo Kongko dalam keterangan tertulis yang diterima, Kamis (10/3).

Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyambut baik kolaborasi ini. “BMKG siap bekerja sama untuk mewujudkan keberlanjutan teknologi pemodelan dan mitigasi tsunami di Indonesia, sekaligus untuk meregenerasi InaTEWS yang dirintis sejak tahun 2008,” tegasnya.

Dwikorita berharap InaTEWS dengan pemodelan merah putih ini dapat segera direalisasikan dalam kurun waktu 1-2 tahun. Dwikorita mengakui bahwa Indonesia mempunyai cukup banyak pakar tsunami, karenanya sumberdaya tersebut perlu dioptimalkan, pengetahuan ini perlu diwariskan ke generasi muda, dan dimanfaatkan untuk NKRI.

Pemodelan yang diberi nama “Pemodelan Tsunami Merah Putih” tersebut mencakup inundasi atau jarak horizontal terjauh yang dijangkau oleh gelombang tsunami dari garis pantai. Pemodelan inundasi tsunami ini digunakan untuk memperkirakan dampak tsunami terburuk.

“Poinnya, data prediksi yang disajikan nantinya jauh lebih tajam. Pemodelan inundasi ini juga bisa digunakan lebih jauh untuk memprediksi dampak serta kerugian material dan non material yang terjadi jika tsunami melanda. Misal, ada berapa desa yang tersapu tsunami, infrastruktur apa saja yang ada di zona tersebut, penduduk, dan lain sebagainya,” jelas Dwikorita.

Dwikorita mengatakan, seluruh data yang dikeluarkan nantinya juga memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi. Dengan begitu, nantinya upaya mitigasi yang dilakukan pemerintah dapat lebih komprehensif dalam menekan risiko dan kerugian yang mungkin ditimbulkan.

Keterlibatan Periset BRIN dalam kolaborasi ini sekaligus untuk mendukung BMKG dalam mengimplementasikan konsorsium pokja pemodelan tsunami. “Pokja tsunami ini memiliki tugas untuk merencanakan kebijakan di bidang tsunami serta kegiatan penunjangnya secara berkelanjutan, baik berupa program jangka pendek maupun jangka menengah, serta memberikan masukan strategi kebijakan pengamatan tsunami, pengolahan dan analisis data tsunami, modeling, diseminasi dan layanan tsunami, serta emerging teknologi tsunami,” jelas Deputi Geofisika BMKG, Suko Prayitno Adi.

Pada tahun 2022 ini, Pusat Riset Teknologi Hidrodinamika BRIN, khususnya Laboratorium di Yogyakarta terlibat dalam riset di rumah program teknologi kebencanaan melalui Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi BRIN. Rumah program ini mewadahi riset mitigasi bencana, mulai dari teknologi peringatan dini, pencegahan dan mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, hingga rehabilitasi dan rekayasa-desain rekonstruksi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here