Kapal PELNI Jadi Tempat Isolasi Mandiri

201
Foto: KM. Lambelu/Pelni

JAKARTA, NMN – Kasus Covid-19 di kota Makassar, Sulawesi Selatan sejak beberapa pekan terakhir mengalami lonjakan. Pasien yang jalani perawatan pun meningkat dengan tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit terus meningkat.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 13 Juli 2021, keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit di Makassar untuk pasien COVID-19 saat ini mencapai rata-rata 44 persen. Padahal, dua pekan sebelumnya masih berkisar hanya 24,42 persen.

Kementerian Perhubungan mendukung penanganan kasus Covid-19 di Makassar dengan menyiapkan kapal Pelni sebagai tempat isolasi mandiri para pasien penderita Covid-19 yang bergejala ringan. Hal ini dilakukan dalam rangka membantu Pemkot Makassar menyusul tingginya angka kasus positif Covid-19 dan terbatasnya ruang perawatan di Makassar.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut, R Agus H Purnomo, pada Rabu (14/7) mengatakan, penyediaan kapal ini merupakan tindak lanjut dari usulan Wali Kota Makassar.

“Kemenhub telah memberikan izin dan telah berkoordinasi kepada Pelni terkait dengan penyediaan kapal. Selanjutnya, terkait operasional isolasi dan penyediaan nakes akan dikoordinasikan oleh Pemda setempat,” kata Agus.

Agus mengungkapkan, PT Pelni menyiapkan kapal penumpang KM. Umsini untuk isolasi apung yang telah tiba Rabu (14/7) di Makassar. Kapal KM. Umsini yang saat ini tengah berhenti beroperasi sementara waktu (port stay) karena adanya PPKM Darurat, memiliki kapasitas tempat tidur sebanyak 1.995 unit. Untuk pelaksanaan isolasi mandiri ini, maka digunakan maksimal 50 persen dari kapasitas total yaitu sebanyak 868 unit dengan 68 unit diantaranya untuk nakes.

Sementara itu, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Laut (Dirlala), Capt Antoni Arif Priyadi menyebutkan penyediaan kapal untuk isolasi apung ini masih dalam tahap persiapan. Adapun beberapa aspek yang tengah disiapkan untuk isolasi apung ini salah satunya adalah penetapan status kapal sebagai tempat isolasi mandiri oleh Ditjen P2P Kementerian Kesehatan.

“Sedang dipersiapkan juga mengenai jangka waktu pelaksanaan, posisi kapal sandar/berlabuh,” ujar Capt. Antoni.

Adapun fasilitas isolasi apung terdiri dari tempat tidur, crew kapal, alat kesehatan, APD untuk crew kapal, tenaga kesehatan, tenaga keamanan, konsumsi dan penanganan limbah medis.

“Saat ini untuk crew kapal yaitu hanya ABK inti dan proses rolling setiap 2 (dua) minggu sekali,” ujar Dirlala.

Kapal untuk isolasi apung ini dalam posisi tidak berlayar tetapi berlabuh di sekitar Pulau Lae Lae. Lokasi tersebut dipilih guna memudahkan pihak Pemkot Makassar melakukan pengawasan dan pendistribusian logistik dan obat-obatan bagi pasien yang berada di kapal.

“Nantinya akan dilakukan juga monitoring kesehatan tenaga kesehatan dan crew yang bertugas secara berkala. Dan setiap rolling, mereka akan dilakukan test RT-PCR terlebih dahulu,” ujarnya.

Sebagai informasi, rencana pemanfaatan kapal untuk isolasi mandiri bagi penderita Covid 19 juga akan dilaksanakan di Lampung. Saat ini prosesnya masih dalam tahap koordinasi dengan Gubernur Lampung dan pihak terkait lainnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here