High Cost Penyebab Digitalisasi Pelayaran di Indonesia Masih Minim

327
Foto: PELNI

JAKARTA, NMN – Pemanfaatan teknologi digital pada industri maritim, khususnya industri pelayaran, perlu dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan mendorong peningkatan potensi maritim yang ada, seperti transportasi laut, pelabuhan, industri galangan kapal. Namun, digitalisasi pelayaran di Indonesia masih minim.

Penerapan digitalisasi pada sistem layanan online di sektor maritim juga perlu terus dikembangkan, sehingga proses bisnis menjadi lebih efisien dan cepat pada akhirnya mampu menekan biaya logistik.

Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto mengatakan, dengan adanya revolusi Industri 4.0 atau era digitalisasi, dan implementasi ekosistem logistik nasional, industri maritim mharus siap menghadapinya dengan cara memanfaatkan teknologi informasi serta mengubah pola pikir dan cara kerja di sektor maritim.

Menurutnya, pembangunan infrastruktur digital yang terintegrasi sangat penting bagi sektor maritim dan logistik, karena akan terciptanya big data yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan analisis.

“Selain untuk menghadapi persaingan global, penerapan digitalisasi di industri maritim diharapkan menjadi solusi untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi di sektor maritim,” ujar Carmelita, Kamis (28/10).

Carmelita melanjutkan, masa pandemi kebutuhan akan koneksi internet yang memadai menjadi semakin penting agar kegiatan bisnis dapat terus berjalan.

“Tumbuh kembangnya usaha transportasi laut, galangan kapal, dan pelabuhan akan berdampak positif terhadap industri dan jasa terkait lainnya. Seperti badan klasifikasi, produsen alat teknologi dan informasi, produsen oil, produsen cat,” jelas Carmelita.

Menurutnya, penerapan teknologi di sektor maritim khususnya di atas kapal saat ini masih tergolong minim. Salah satu alasan adalah jaringan internet yang mahal dan bandwidth yang terbatas dikarenakan kapal berada ratusan atau ribuan mil dari daratan terdekat dimana konektivitas jaringan internet harus disediakan melalui satelit.

Pengembangan Internet of Things (IoT) di pelayaran juga tidak semudah di sektor lain. Perlu adanya penyediaan jaringan satelit yang kompetitif, mengingat kapal berada di tengah laut yang membutuhkan jaringan satelit yang efisien.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto mengatakan bahwa dalam upaya menerapkan digitalisasi kepelabuhanan dan memperbaiki kondisi logistik di Indonesia, Pemerintah telah membangun National Logistic Ecosystem (NLE).

Ekosistem logistik nasional ini menyelaraskan arus lalu lintas barang dan dokumen baik internasional maupun domestik yang berorientasi pada kerjasama antar instansi Pemerintah dan swasta, melalui pertukaran data, simplifikasi proses, penghapusan repetisi dan duplikasi, serta didukung oleh sistem teknologi informasi yang mencakup seluruh proses logistik terkait dan menghubungkan sistem-sistem logistik yang telah ada. Dengan demikian, eksportir dan importir hanya perlu melakukan transaksi melalui sebuah platform daring NLE.

Dengan NLE, lanjut Airlangga, diharapkan dapat terjadi efisiensi pemrosesan logistik dan penurunan biaya logistik nasional yang ditargetkan turun dari 23,5 persen menjadi sekitar 17 persen pada tahun 2024 sebagaimana tercantum dalam Perpres Nomor 18 Tahun 2020 tentang Rencana Aksi Penataan Ekonomi Logistik Nasional.

Selain membangun NLE, upaya Pemerintah dalam mendorong transformasi digital adalah melalui pembangunan infrastuktur digital. Mulai dari pembangunan jaringan fiber optic Palapa Ring dan penyediaan Base Transceiver Station (BTS), pengembangan akses internet dan ekosistem TIK, perluasan akses 4G dan 5G hingga pembangunan satelit multi fungsi Satria yang direncanakan akan mulai beroperasi tahun 2023.

“Dengan demikian kita mendorong perkembangan tidak hanya pada infrastruktur kapal dan pelabuhan, tetapi secara pararel juga terbangunnya infrastruktur digital,” ucap Menko Airlangga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here