JAKARTA, NMN – Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menerbitkan rekomendasi segera yang ditujukan kepada beberapa instansi terkait atas kecelakaan tenggelamnya KM Cahaya Arafah akibat cuaca buruk di Perairan Desa Tokaka – Halmahera Selatan, Maluku Utara, beberapa waktu lalu.
Dalam keterangan tertulis KNKT yang diterima, Jumat (19/8), rekomendasi yang dimaksud adalah, Pertama, kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan, KNKT minta untuk dilakukan evaluasi terhadap penerapan peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor : HK 103/2/8/DJPL-17, menambah jumlah tenaga personil petugas SROP Ternate sesuai persyaratan dan peruntukannya, mewajibkan awak kapal melaporkannya kondisi cuaca pada setiap pelayarannya, Informasi cuaca maritim hendaknya juga menjadi prasyarat dalam penerbitan Surat Persetujuan Berlayar (SPB), dan agar menempatkan petugas keselamatan dan keamanan pelayaran pada pelabuhan-pelabuhan yang telah diberi izin oleh Pemerintah Daerah.
Kedua, kepada Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk dapat menyampaikan informasi perubahan cuaca ekstrim atau mendadak kepada syahbandar/otoritas yang ditunjuk di pelabuhan ataupun dermaga, informasi cuaca maritim disertai arus di perairan sekitar pelabuhan setiap 6 jam dengan format yang sederhana dan seragam serta mudah dimengerti oleh awak kapal.
Ketiga, kepada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II – Ternate, memeriksa kelengkapan administrasi kapal secara menyeluruh sebelum mengeluarkan SPB, memastikan petugas syahbandar mengawasi pengoperasian kapal-kapal penumpang tradisional, memperhatikan persyaratan jumlah awak kapal yang ikut berlayar sesuai, dan memberikan sosialisasi kepada masyarakat pengguna jasa angkutan laut dalam bentuk himbauan atau kampanye keselamatan pelayaran.
Keempat, kepada Station Radio Pantai (SROP) – Ternate, agar dapat meningkatkan fungsi SROP berupa pemberitahuan informasi mengenai keselamatan pelayaran, menyebarluaskan hasil laporan keselamatan pelayaran kepada para Nakhoda baik kapal yang sedang berlayar ataupun yang akan berlayar yang berada di area pelabuhan.
Rekomendasi terakhir sebanyak 8 poin ditujukan kepada Nakhoda / Agen PT Aksar Saputra Lines. Besar harapan KNKT dengan dilakukannya pengumpulan informasi, dokumentasi dan wawancara dengan pihak-pihak terkait serta informasi dari media elektronik terkait tenggelamnya KM Cahaya Arafah hingga diterbitkannya rekomendasi segera ini, ke depan tidak ada lagi kecelakaan dengan penyebab yang sama kembali terjadi dan tingkat fatalitas dapat diminimalisir.
KM Cahaya Arafah tenggelam akibat cuaca buruk di Perairan Desa Tokaka – Halmahera Selatan, Maluku Utara, pada Senin (18/7/2022) pukul 18.12 WIT dengan titik koordinat sekitar 0o12’18” LS dan 127o39’39” BT. Diketahui KM Cahaya Arafah berangkat dari Pelabuhan Bastiong Ternate dalam kondisi cuaca sangat cerah dan tidak bergelombang dengan jumlah pelayar 81 orang. Akibat kecelakaan sebanyak 1 orang dinyatakan hilang dan 10 orang lainnya meninggal dunia.
KNKT juga mengungkap 11 temuan yang di dapat berdasarkan selama proses investigasi berlangsung, di antaranya yaitu sertifikat laik laut kapal, sertifikat kompetensi dan profisiensi baik Nakhoda maupun Kepala Kamar Mesin (KKM) masih berlaku, kapal diawaki oleh 4 orang yang terdiri dari Nakhoda, Kepala Kamar Mesin (KKM) dan dibantu 2 Anak Buah Kapal (ABK).
Saat kapal akan berlayar Nakhoda tidak mengetahui informasi cuaca rute pelayaran, Nakhoda tidak memberitahukan berita cuaca buruk kepada Stasiun Radio Pantai (SROP), Nakhoda tidak mengetahui bahwa Surat Persetujuan Berlayar (SPB) berlaku 24 jam dari waktu diterbitkan dan hanya dapat digunakan untuk 1 kali pelayaran, nahkoda dan pemilik kapal tidak mengetahui kewajiban pemasangan sistem identifikasi otomatis di kapal AIS untuk kapal non konvensi dengan ukuran paling rendah 35 GT.
Selain itu, sarana telekomunikasi pelayaran Stasiun Radio Pantai (SROP) di Ternate tidak bisa menyelenggarakan kegiatan pengoperasian (penetapan dinas jaga, jadwal waktu siaran, menjaga keandalan) secara efektif karena keterbatasan tenaga personil atau Sumber Daya Manusia (SDM) serta ditemukan beberapa peralatan radio yang sedang dalam perbaikan, sehingga fungsi dari SROP tidak berjalan optimal, belum adanya Stasiun Meteorologi Maritim yang dikhususkan untuk pelabuhan-pelabuhan di Wilayah Maluku Utara yang dapat memberikan jasa pelayanan informasi cuaca Maritim.
Adapun faktor yang berkontribusi terhadap kejadian kecelakaan tenggelamnya KM Cahaya Arafah dikarenakan Nakhoda berlayar tanpa mengetahui kondisi cuaca pada rute kapal yang akan dilayarinya, angin kencang dari arah Selatan-Barat menerpa lambung kanan kapal secara terus menerus, disertai gelombang tinggi hingga 2,50 meter masuk ke kapal melalui bukaan-bukaan yang ada di sebelah kanan lambung kapal dan buritan kapal, akumulasi penambahan air laut di kamar mesin berakibat mesin induk mati dan penambahan berat kapal, sehingga kapal kehilangan stabilitas dan daya apungnya.