Dalam rangka meningkatkan kinerja dan kapasitas Pelabuhan Belawan agar dapat masuk kedalam ekosistem global, PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) mulai mempersiapkan langkah transformatif.
Langkah transformatif yang dilakukan oleh Pelindo, salah satunya dengan bekerja sama dengan konsorsium INA (Indonesia Investment Authority) untuk pengembangan dan pengoperasian Pelabuhan Belawan di Medan, Sumatra Utara.
Menurut Arya Sinulingga, Stafsus III Menteri BUMN, bergabung dalam ekosistem logistik global merupakan langkah strategis agar Pelabuhan Belawan dapat melayani pengangkutan barang secara langsung (direct call) ke negara tujuan.
Pada tahun 2021, hampir separuh peti kemas ekspor asal Sumatra dikapalkan menuju Malaysia. Separuh sisanya diangkut ke Singapura, Thailand, Taiwan, dari Myanmar. Dari sini, peti kemas dipindahkan ke kapal yang lebih besar, baru kemudian dibawa ke lebih dari 30 negara tujuan ekspor. Hampir 95% ekspor dari Sumatra harus transit ke negara lain sebelum bisa diangkut ke negara tujuan.
Transit ini membuat membengkaknya biaya sea freight dan jarak tempuh lebih lama yang harus ditanggung eksportir. Selain itu negara juga harus menghabiskan lebih banyak devisa karena sebagian besar jasa pengapalan barang (sewa kapal, asuransi, biaya sandar, dan lain-lain) dibayar dalam mata uang asing.
Selain menggandeng mitra strategis, pembenahan infrastruktur dasar juga akan dilakukan, seperti penambahan peralatan bongkar muat seperti Quay Container Crane atau QCC (alat bongkar muat peti kemas di dermaga), dan Rubber Tyred Gantry Crane (RTG, alat bongkar muat peti kemas di CY).
Langkah transformatif yang juga dilaksanakan oleh Pelindo antara lain adalah optimalisasi infrastruktur, peningkatan kinerja operasional, dan penerapan integrasi sistem IT. Dengan demikian diharapkan, kinerja bongkar muat Pelabuhan dapat meningkat secara bertahap menjadi 1,4 juta TEUs per tahun. Selain itu dapat menurunkan waktu sandar kapal (port stay) dan biaya logistik jadi semakin murah.