Enam Dubes Eropa Tanam Mangrove di TWA-Angke Kapuk

JAKARTA, NMN – Duta Besar (Dubes) dari sejumlah negara Eropa melakukan penanaman pohon mangrove di Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk pada akhir pekan lalu.

Para Duta Besar tersebut yakni Duta Besar Uni Eropa (UE) untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Vincent Piket, Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN Igor Driesmans, Duta Besar Finlandia untuk Indonesia Jari Sinkari, Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia Lambert Grijns, dan Duta Besar-designate Jerman untuk Indonesia Ina Lepel.

Duta Besar Piket menyampaikan, penanaman mangrove ini menjadi rangkaian terakhir dari kegiatan Pekan Diplomasi Iklim 2021 Uni Eropa, yang dimulai pada 11 Oktober lalu. Mangrove sendiri merupakan ekosistem yang tumbuh sepanjang garis pantai tropis dan sub tropis.

“Sangat menyenangkan di sini, sangat damai dan sangat natural – berbeda dengan apa yang kita lihat di sepanjang jalan perkantoran yang dipenuhi dengan gedung-gedung kaca. Senang pula kami dapat berbagi khususnya mengenai hal mengurangi kadar emisi karbon. Secara khusus kami sangat mengapresiasi mitra lokal kami – Carbonetchics, untuk sama-sama berjuang dalam mengatasi krisis iklim,” ungkap Duta Besar Piket dalam keterangan tertulis yang diterima, Senin (18/10).

TWA Angke Kapuk merupakan kawasan konservasi alam mangrove seluas 99,82 Ha yang dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan yang sempat digarap oleh puluhan penambak liar ini mulai direstorasi tahun 1998. Setelah 12 tahun berjuang untuk membersihkan kawasan dari penggarap illegal dan menanami kembali pepopohonan mangrove yang hilang, akhirnya TWA Angke Kapuk dapat diresmikan pada tgl 25 Januari 2010 oleh Menteri Kehutanan saat itu, Zulkifli Hasan.

TWA Angke juga Merupakan ekosistem lahan basah yang didominasi oleh pepopohonan mangrove. Kawasan konservasi sangat dibutuhkan di Jakarta, ibu kota Indonesia yang sangat kekurangan akan lahan hijau terbuka, memiliki tingkat polusi udara yang cukup tinggi serta mulai mengalami erosi dan abrasi garis pantai.

Hutan Mangrove, selain mampu meredam gelombang besar termasuk tsunami, ia pun dapat menyerap karbondioksida lima kali lebih banyak daripada hutan tropis di dataran tinggi. Dan yang tak kalah pentingnya adalah fungsinya sebagai tempat habitat dan naungan bagi beberapa jenis satwa liar.

Duta Besar Piket menambahkan, penanaman mangrove ini merupakan salah satu aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim, dan sebagai salah satu cara untuk mengurangi pemanasan global yang diprediksi akan bertambah 1,50 C dalam beberapa tahun ke depan.

“Menanam mangrove sangat penting karena mangrove dapat menyimpan karbon yang dapat menyebabkan pemanasan global. Dengan menanam mangrove berarti kita telah membantu mengurangi pemanasan global. Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya telah kehilangan mangrove setiap tahunnya yang secara tidak langsung juga menghilangkan penyerap karbon potential. Sangatlah penting untuk segera dilakukan pemulihan melalui restorasi mangrove,” lanjutnya.

Setidaknya 75 pohon mangrove ditanam oleh Vincent Piket bersama Delegasi Negara Anggota Uni Eropa. Mereka tidak sungkan untuk turun ke air melakukan penanaman mangrove. Sebelumnya, rombongan juga diajak berkeliling menyaksikan keanekaragaman hayati yang ada di TWA Angke menggunakan speed boat. Rombongan berdecak kagum melihat habitat yang ada di kawasan ini yaitu jenis-jenis burung Merandai dan hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi.

Sementara itu, Wakil Direktur TWA Angke Kapuk Andhika Rauli Danangputra menjelaskan bahwa kawasan konservasi mangrove yang beralamat di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara ini, sangat dibutuhkan di Jakarta, ibu kota Indonesia yang sangat kekurangan lahan hijau terbuka, tingkat polusi udara yang cukup tinggi serta mulai mengalami erosi dan abrasi garis pantai.

“Lahan mangrove terbesar berada di Sumatera. Untuk di TWA ini mangrove berada di lahan seluas 99,82 hektar,” jelasnya. Dengan sigap Andhika juga memperlihatkan beragam ukuran mangrove yang ada. “Kalau yang kecil itu bisa dilihat dari jumlah daunnya, satu daun menandakan usianya satu bulan, kalau untuk dewasa membutuhkan waktu 10-15 tahun. Memang sangat lama karena itu diperlukan aksi lebih banyak lagi untuk menanam mangrove ini,” tutupnya.

Latest Article

Gagalnya Jokowi Menjadikan Laut sebagai Masa Depan Bangsa

0
Presiden Jokowi bolehlah sedikit berbangga dengan pencapaian pembangunan infrastrukturnya yang lumayan mentereng. Selama hampir 10 tahun kepemimpinannya, telah terbangun 1.885 km jalan tol, 32.000...

Sektor Perikanan Tangkap Perlu Dikelola Secara Multifungsi dan Berkelanjutan

0
YOGYAKARTA – Dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar di Universitas Gadjah Mada (UGM) Kamis (28/12/2023), Profesor Suadi menyampaikan urgensi pengelolaan multifungsional sektor perikanan tangkap...

Kolaborasi DP World – Maspion Group Membangun Terminal Petikemas di Jatim

0
JAKARTA, NMN- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memberikan dukungan terhadap kolaborasi yang akan terjadi antara perusahaan global swasta DP World Dubai dengan perusahaan swasta...

Kemenhub Mulai Lakukan Persiapan Uji Petik Kelaiklautan Kapal Penumpang Jelang Nataru

0
MAKASSAR, NMN - Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, menekankan pentingnya transportasi laut sebagai pilihan utama masyarakat dalam perjalanan antar pulau selama periode Natal 2023 dan...

Pemerintah Indonesia Hadiri Sidang Sub-Committee on Carriage of Cargoes and Container ke-9 di London

0
LONDON, NMN - Pemerintah Indonesia telah menghadiri Sidang Sub-Committee on Carriage of Cargoes and Container (CCC) ke-9 yang berlangsung dari Rabu (20/9) hingga Kamis...

Related Articles